TimesAsiaNews.com | Jakarta – Dalam perjalanan kepenyairan bagi Penyair dan Sastrawan Pulo Lasman Simanjuntak ‘sentuhan’ masalah Sosial sering dituangkan dalam lirik dan bait-bait puisinya.
Masalah Sosial tersebut dalam karya puisinya beberapa tahun terakhir ini kadang juga ‘bersentuhan’ dengan masalah ekonomi, politik, budaya, filsafat, keagamaan, lingkungan sosial, dan sebagainya.
Berikut ini adalah 5 sajak atau puisi terbarunya:
Sajak
Pulo Lasman Simanjuntak
METAFORA TUBUH
perjalanan ini kembali lumpuh!
padahal sudah diselimuti
tiang awan dan tiang api
bersinarlah matahari
ritual tanah pagihari
menusuk cahayanya
pada perut dan kaki
lapar kembali lagi
“lihatlah jantung kirinya makin membengkak seperti dia menjelma jadi binatang melata yang malas untuk tidur di kandang margasatwa,” kata anakku yang rajin menyebar ratusan paku tajam dari pulau-pulau terluar
seperti sadrakh, mesakh dan abednego
dalam ancaman dapur api
maka perjalanan ini
harus terus dibangun dengan kesetiaan bertubi-tubi
sampai tembus langit ketiga
sampai pintu kasihan ditutup kabut
turun ke dunia orang mati
ditimbun batu-batu roh
Jakarta, Senin 7 Agustus 2023
TELEPON BENCANA
telepon bencana saya terima malam tadi usai kelelahan sterika listrik sampai halus berita-berita korupsi dan lagu partai politik baru dengan janji seperti suara anjing rabies yang sedang viral di media sosial
telepon bencana lalu berpesan untuk segera berangkat tepat pukul sepuluh malam naik transportasi kereta api cepat massal untuk menuju ke sebuah pegunungan es yang sedang pameran proyek konstruksi dengan meminjam dana talangan dari bank-bank di luar angkasa alam semesta
telepon bencana membuat saya marah, kesal dan nyaris bipolar karena esok hari saya harus mendendangkan lagu puisi sejarah masa lalu di sebuah gedung kesenian rakyat yang dibangun dengan setengah tubuh cacat dan nyaris lumpuh
telepon bencana pada akhirnya harus saya tutup dengan sel-sel otak besar dan kecil pecah berhamburan di dinding rumah dengan tiga musibah tertulis dalam puisi tempohari
telepon bencana tetap saja membuat saya bisa nyenyak tidur walaupun rekening bank telah diblokir dan angka statistik jumlah kemiskinan serta pengangguran di negeri ini terus terbang ke cakrawala sampai mencapai angka seribuan warga negara yang pindah kewarganegaraan
bagi kemiskinan dengan cuaca yang makin ekstrim
Jakarta, Selasa 11 Juli 2023
PERJALANAN PENYAIR
perjalanan penyair
ternyata tak kunjung selesai
ribuan kilometer sudah ditempuh
menembus ruang dan waktu
nyaris berbatu-batu
kadang tanpa nyala api
dan tanpa tiang matahari
mengangkut sekeranjang persungutan abadi
disantap buah kelaparan
disebar di tikungan jalan sangat tajam
perjalanan penyair
sering dipermalukan
berulang-ulang jatuh
minta sesuap makan ikan
dengan saudara tak kembar
seperti peristiwa tadi malam
seekor bulan purnama bertanya lagi
bagaimana mengeja masa depan
ada menjelma roh ketakutan
entah sampai kapan
semua berakhir di kuburan
Jakarta, Selasa, 18 Juli 2023
UTANG DALAM RAHIM IBU
utang dalam rahim ibu
lahirkan bayi-bayi kembar
kurang gizi dan nutrisi
padahal harus ditebus
dengan angka lima digit
bila dikalkulasi menjadi
ribuan triliun rupiah
terkurung dalam sangkar besi
maka terlihatlah dari sini
wajah pucat pasi
menunggu kepastian
pelunasan bunga berduri
sampai dinihari tadi
para pakar hukum filsafat berpesan berulangkali,
janin bayi harus segera ditanam lagi
haramkan perkawinan dini
karena harus bertempur
di sumur-sumur subur
bangsa tirai bambu ikut menabur
koruptor dan pengali
tanah kubur
membanting harga sandang dan pangan
saling berkejaran di bursa saham
orang-orang pinggiran
mati menggelepar
ditusuk pisau kelaparan
aneh,
sajakku ikut terkapar!
Jakarta, Kamis 6 Juli 2023
PENYAIR BERMATA BATU
penyair bermata batu
memasuki usia suntuk
seharian menyalin meditasi
agar ada sajak-sajak suci
mengalir dari mataair sungai kehidupan anak domba yang disembelih
tanpa tulisan dan suara sunyi terus berbisik
berguguran tubuh matahari
supaya jangan ada lagi amarah meledak
yang bau busuknya
menyusup dalam perutmu yang kian mengecil
tetapi aku suka berkelamin
penyair bermata batu
ikut kecewa
bahkan anaknya yang senang berhala
tak lagi pandai berucap sedap
ia terjebak di pulau-pulau terluar
sambil terus berdansa
menghisap tidurnya
yang bermalam di padang kelam
penyair bermata batu lalu melarikan sajaknya ke gedung kesenian rakyat
di sini ia bertemu para pujangga yang punya lidah
tajam
seperti pisau cukur tua
mereka lalu bertukar wajah
dengan presiden penyair
tak lagi mabuk anggur
yang dipetik dari ribuan bintang sampai langit ketiga
aku sendiri mau menyendiri
tak sanggup menatap penyair bermata batu
keluh kesahnya semakin terluka memerah
dalam sajaknya yang kelaparan ini
Jakarta, Selasa, 27 Juni 2023
BIODATA :
Penyair dan Sastrawan Pulo Lasman Simanjuntak memulai karier dalam dunia tulis menulis (kesusasteraan )sejak tahun 1980-an.Karya puisi pertama berjudul IBUNDA dimuat di Harian Umum KOMPAS pada bln Juli 1977.
Setelah itu sejak tahun 1980 sampai tahun 2023 ini berturut-turut karya puisinya dimuat (dipublish) di 25 media cetak (koran, suratkabar, dan majalah), serta 94 media online, dan majalah digital di Indonesia dan sejumlah negara ASEAN.
Karya puisinya juga telah diterbitkan dalam 7 buku antologi puisi tunggal, dan saat ini tengah persiapan untuk penerbitan buku antologi puisi tunggal ke-8 diberi judul MEDITASI BATU.
Selain itu juga puisinya terhimpun dalam 25 buku antologi puisi bersama para penyair seluruh Indonesia.
Saat ini sebagai Ketua Komunitas Sastra Pamulang (KSP), anggota Sastra ASEAN, Dapur Sastra Jakarta (DSJ) Bengkel Deklamasi Jakarta (BDJ) Sastra Nusa Widhita (SNW), Pemuisi Nasional Malaysia, Sastra Sahabat Kita (Sabah, Malaysia), Komunitas Dari Negeri Poci (KDNP), Taman Inspirasi Sastra Indonesia (TISI), Kampung Seni Jakarta, Penikmat Seni Budaya, Storia Sastra, Bengkel Narasi, Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia, Sastra Reboan dan anggota Sastra Indonesia.
Bekerja sebagai wartawan dan rohaniawan, bermukim di Pamulang, Kota Tangerang Selatan.
Kontak Person: 08561827332 (WA) **