Kontroversial Kebijakan Trump, Ribuan Warga AS Turun ke Jalan Aksi Demo

banner 468x60

TimesAsiaNews.com | Washington DC – Keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, belakangan ini tidak hanya menyoroti resiprokal (tarif timbal balik) impor kenegaranya yang membuat sabagian negara Asia serius menyiapkan langkah-langkah ekonomi konkret, disisi lain Trump juga membuat keputusan kontroversial yang membuat warganya melakukan aksi di jalan.

Ribuan warga AS turun ke jalan dalam aksi unjuk rasa massal menentang berbagai kebijakan Trump. Aksi protes Trump ini dilakukan massa yang menilai kebijakannya merugikan demokrasi, jaminan sosial, dan stabilitas ekonomi negara. Bahkan diperkirakan lebih dari 5.000 pengunjuk rasa berkumpul, pada Sabtu (5/4/2025) waktu AS di area luar Gedung Putih, dengan membawa berbagai poster bertuliskan “Bukan Presiden Kami” dan “Jangan Sentuh Jaminan Sosial Kami”.

Jane Ellen Saums (66), salah satu peserta aksi protes Trump menyuarakan kekecewaannya terhadap pemerintahan saat ini yang menurutnya membongkar lembaga-lembaga demokrasi AS.

“Sangat mengkhawatirkan melihat fungsi pengawasan dan keseimbangan diabaikan, dari isu lingkungan hingga hak individu,” ujar Saums yang juga berprofesi sebagai agen real estate, mengutip beritasatu. Ahad (6/4/2025).

Menurut penyelenggara, sekitar 20.000 orang diperkirakan hadir dalam aksi di Washington, yang merupakan bagian dari gerakan “Hands Off”. Protes serupa juga berlangsung serentak di lebih dari 1.000 kota dan distrik kongres di seluruh 50 negara bagian AS, serta di Kanada dan Meksiko.

“Mereka telah membangunkan raksasa yang tidur. Kami tidak akan diam atau menyerah begitu saja,” seru aktivis Graylan Hagler (71) di hadapan massa.

Koalisi penyelenggara protes Trump terdiri dari puluhan organisasi progresif seperti MoveOn, Women’s March, dan kelompok advokasi hak sipil lainnya. Aksi ini menyuarakan perlawanan terhadap apa yang mereka sebut sebagai upaya terang-terangan untuk mengonsolidasikan kekuasaan oleh Presiden Trump, penasihat dekatnya Elon Musk, dan para miliarder sekutunya.

Protes Trump terjadi di tengah meningkatnya ketidakpuasan publik setelah pemerintahan AS sekarang menerapkan pemangkasan birokrasi besar-besaran, tarif impor pada lebih dari 180 mitra dagang, dan gejolak pasar saham.

Sebuah jajak pendapat Reuters/Ipsos yang dirilis pada 3 April 2025 menunjukkan tingkat persetujuan Trump turun menjadi 43%, menurun dua poin dari bulan sebelumnya, dan jauh dari 47% saat pertama kali menjabat pada Januari.

Dalam pidato pada hari yang sama, Trump meminta rakyat AS untuk tetap teguh menghadapi kebijakan tarifnya, dan menyebutnya sebagai bagian dari revolusi ekonomi yang akan menghasilkan kemenangan bersejarah.

Baca Juga:

Pengaruh Resiprositas Tarif Impor AS, PDB Taiwan Diperkirakan Menyusut 3,8 Persen

Di sisi lain, Juru Bicara Gedung Putih Liz Huston membantah tuduhan bahwa Presiden Trump berencana memotong Jaminan Sosial, Medicare, dan Medicaid.

“Presiden Trump akan selalu melindungi program-program tersebut bagi warga yang berhak. Justru pihak Demokrat yang ingin memberikannya kepada imigran ilegal, yang berisiko membebani sistem dan merugikan warga lanjut usia,” ujar Huston menanggapi aksi protes Trump. **

(bs/tan)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *